Dalam hitungan hari, setelah KPU mengumumkan hasil Pemilu tahap satu yakni Pemilihan Legislatif. Beberapa petinggi Partai yang mendapatkan kemenangan pemilu tersebut melakukan safari pemilu tahap dua yakni pemilihan presiden dan wakil presiden. Mereka menjajagi koalisi. Koalisi sebuah istilah yang digunakan untuk mempertegas suatu kelompok sepaham, kemudian pada akhirnya melakukan perjanjian dalam kesatuan tujuan , visi dan misi sama, perjanjian tersebut ditambahi aturan-aturan koalisi yang disepakati oleh anggota koalisi.
Pilpres tinggal menunggu waktu. Tepatnya tanggal 9 Juli 2009 merupakan waktu akan dilaksanakan pilpres 2009. Pertengahahan mei 2009 ini dimulai pendaftaran calon presiden dan Calon Wakil Presiden. Informasi terakhir telah ada tiga calon yang telah mendaftarkan diri di KPU. Tiga calon tersebut yaitu Susilo bambang Yudhoyono-Boediono ( SBY Berboedi), Megawati Sokarno Putri-Prabowo Subijanto ( Mega-Pro) dan Jusuf Kalla-Wiranto ( JK-Wir).
Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono merupakan calon incumbent , bila dikondisikan dengan angka atau perkiraan suara pastilah besar. Partai mengusung Kedua calon ini yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan sejahtera, Partai Amanat nasional dan Partai Kebangkitan Bangsa. Dari susunan tersebut terlihat sekali bahwa partai islam mendominasi komposisi koalisi ini. Tapi harus menjadi perhatian yakni Partai demokrat merupakan partai pemenang pemilu legislative kemarin dengan raupan 21 %. Partai ini merupakan pertai terkuat pemilu legislative kemarin. Kemudian apa yang membuat partai tersebut menang yakni Faktor SBY. Bisa di bayangkan bahwa partai ini memilki peranan sentral. Dalam tayangan beberapa media massa cetak dan elektronik terlihat bahwa partai democrat dengan SBY-nya begitu santai dalam mengahadapi Pilpres. Fenomena berkembang sebelum terbentuk SBY-Berboedi yakni Sby di sandingkan dengan Hidayat Nur Wahid atau Hatta Radjasa. Bagaimana pernyataan anis matta, sekjen PKS “ SBY-HNW sudah 99% tinggal 1% tergantung SBY sendiri%” benar sekali hanya tinggal dua hari dari pendaftaran Capres dan Cawapres Semua berbelok arah pernyataan langsung Sby yang memilih Boediono sebagai Cawapres, Ibarat Batu Bata telah tersusun hingga tinggi hanya tinggal dua baris tapi terkena angin hingga runtuh. Sby menjadi magnet partai-partai yang mengharapkan koalisi dengan Partainya yakni Demokrat.
Megawati-Prabowo Subijanto merupakan calon waktu terakhir menyatakan koalisi. Koalisi partai ini yakni PDI Perjuangan dan Partai Gerindra. Mega-Pro memberikan Conprensi Press setelah SBY Berboedi menyatakan calon presiden dan Cawapres. Tidak tau apa yang menyebabkan mereka begitu menunggu-menunggu SBY berboedi menyatakan Capres dan Cawapres kemudian baru mereka menyatakan diri. Dari beberapa media menyebutkan bahwa adanya kemungkinan PDI Perjungan merapat ke PD ternyata tidak terjadi. Kekuatan kedua calon ini yakni pada PDI Perjuangan memilki jumlah suara lumayan besar yakni 14 % kemudian tambahan Gerindra 5%. PDI Perjungan memilki kekuatan suara besar pada beberapa daerah lumbung suara seperti Jawa Tengah sehingga Mega-Pro pasti tetap menjadi pilihan. Sebagai tambahan kader dan simpatisan PDI Perjuangan sangat antusias. Partai Gerindra yang memberikan Prabowo Subijanto sebagai Cawapres merupakan di luar dugaan. Beberapa media menyebutkan bahwa dia tidak mau hanya menjadi Cawapres tapi harus menjadi Capres ini menandakan adanya komunikasi politik mencapai islah antara PDI Perjuangan dengan Partai Gerindra sehingga Gerindra mau untuk mengurung niatnya itu.
Jusuf Kalla-Wiranto merupakan Capres dan Cawapres seperti ksatria begitu membubung tinggi tanpa basa-basi langsung menjadi pasangan Capres dan Cawapres.Kedua calon ini menjadi pasangan pertama menyatakan diri menjadi pasangan Capres dan Cawapres. Tetapi menjadi identik dari pasangan ini yakni pada JK-nya. Partai Golkar merupkan partai reprentasi dari zaman orde baru memilki pertaruhan namanya pada Pipres ini. Golkar masih menjadi pilihan hati rakyat dengan memdapatkan suara 14 % ini menandakan konsistensi golkar masih menjadi kkekuatan besar pada kancah politik di negara Republik ini . Partai Golkar identik dengan Jusuf kalla. Keputusan Golkar dalam pemilu ini lebih pada seakan-akan kemauan dari Jusuf kalla sebagai puncak pemimpinnya. Bila JK ingin merapat ke Demokrat maka Golkar akan dengan cepat mengadakan rapat besar yang akan mengatur koalisi dengan partai tersebut Tapi jika tidak sesuai dengan keinginan JK maka kepuusan mutlak akan berubah. Partai besar ini seakan-akan tak tentu arah dalam melakukan maneuver dan kebijakan. Dengan Tampilnya koalisi JK-Win menegaskan bahwa Golkar tak hanya menunggu-menunggu dan tak jelas berjalan, ini menandakan bahwa Golkar masih menjadi ksatria istana yang akan menduduki istana kembali tapi tidak hanya jadi nomor dua yakni menjadi nomor satu. Wiranto sebagai tandem JK merupakan hal yang tak aneh sekali sebab Wiranto merupakan orang telah lama mengenal JK pada waktu Orde Baru. Ketika Jk sebagai menteri Kabinet Orde Baru di lain pihak Wiranto menjabat Menkopolkam sehingga telah ada kedekatan diantara mereka. Pasangan ini merupakan pasangan telah mengenal satu sama lain seingga bila menjadi tandeman maka akan terasa lebih kuat dan kompak.
Komentar